Melahirkan Putri Sholihah, Salaf, dan Mandiri

Senin, 16 Desember 2024

Keyakinan Adalah Kunci Dari Segalanya, Em. Nadjib Hassan

 


 


Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah karakter yang harus dimiliki oleh seorang muslim. Dengan menjadi pribadi yang bermanfaat kita dapat memberikan dampak positif bagi diri kita dan orang lain. “Kuncinya orang hidup itu harus banyak belajar yang baik, dan rajin, kalau bekalnya baik tinggal mengembangkan saja” itulah yang dikatakan Drs. KH. Em. Nadjib Hassan. Pria kelahiran Kudus, 25 November 1956 ini merupakan ketua Jl.Menara No.01, hal tersebut membuat beliau sangat cinta dengan kota Kudus.

 

KH. Nadjib Hassan menempuh Pendidikan di Madrsah Qudsiyyah sejak memasuki jenjang MTs. Dari sinilah beliau mulai mempelajari ilmu agama, walaupun beliau tidak pernah mondok, tetapi beliau sering mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan seperti Batshul Matsail, Munadharoh, dan lain lain. Disinilah beliau dapat bertemu dan mengenal para masyayikh, diantaranya KH. Sya’roni ahmadi, KH. Turaichan Adjhuri, dan Kyai Yusuf Muhammad. Setelah lulus dari Qudsiyyah belisu melanjutkan kuliah di IAIN Yogyakarta dan dimintai untuk menjadi dosen disana, tetapi beliau menolak dan memilih kembali untuk berkiprah di Kudus.

 

Saat beliau sudah di Kudus, beliau diamanahi untuk memimpin Yayasan Menara, sekaligus mengajar di Madrasah Qudsiyyah, tempat beliau menuntut ilmu. Beliau juga mendapat banyak tawaran pekerjaan, tetapi beliau selalu menolak dan memberikan pada orang lain, karena beliau ingin berkiprah di Masyarakat.

 

Pada tahun 1987, beliau diangkat menjadi Katib NU, padahal sebelumnya beliau tidak pernah mengikuti kegiatan di Tingkat ranting maupun MWC, tapi akhirnya beliau tetap menjalaninya dengan niat aktif di NU sekaligus beliau belajar, karena menurut beliau belajar itu dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, tidak terbatas dibangku sekolah atau kuliah.

 

Pada tahun 1990, RSI Sunan Kudus didirikan, lalu beliau diutus menjadi manager rumah sakit dari situ beliau banyak belajar tentang management rumah sakit, dan beliau yakin bahwa semua bisa dilakukan asalkan ada kemauan “Kabeh-kabeh iku angger dilakoni” itulah ujar beliau.

 

Semakin banyak kagiatan, menurut beliau akan menambah semakin banyak wawasan. Jika mempunyai wawasan banyak pasti mempunyai konten dan bahan yang banyak pula.

 

Beliau berpesan “Tugas kita sebagai pelajar adalah banyak Mutholaah, banyak belajar, dan diskusi. Yang termasuk kelemahan dari kalangan Nahdliyyin adalah kurang terbiasa menulis” Hal ini dahulu telah dikritik oleh Cak Nun, beliau mengatakan bahwa NU kaya katalog tapi miskin metode.

Prinsip beliau dalah “Yang paling kunci dari semuanya adalah mendidik orang untuk berfikir secara sistematis”, karna pemikiran yang sistematis dapat diterapkan dalam semua aspek, baik dalam pendidikan, penerapan dalam Masyarakat, dan dalam bidang apapun. Berkat prinsip tersebut beliau dapat mengikuti banyak kegiatan dengan baik, meskipun tidak sesuai dengan pendidikannya, dan beliau berharap santri santri milenial zaman sekarang dapat berpegang pada prinsip tersebut untuk mencetak generasi yang dapat beradaptasi dalam lingkungan seperti apapun.