Kudus-Qudsiyyahputri.com. Islam memposisikan perempuan pada tempat yang tinggi dan mulia. Dalam pandangan islam, laki-laki dan perempuan itu relatif sama. Yang menjadi tolak ukur penilaiannya ada pada ketakwaan.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Menurut Prof. Quraish Shihab dalam
tafsiranya yang berjudul Al-Misbah, ayat ini berisi tentang prinsip dasar antar
manusia. Karena itulah ayatnya menggunakan panggilan yang ditujukan kepada
semua jenis manusia. Dan ayat ini sekaligus menjadi penegas bahwa semua manusia
derajat kemanusiannya sama disisi Allah. Tidak ada perbedaan pada nilai
kemanusiaan antara laki-laki dan perempuan.
Sejak kedatangan islam hingga
sekarang, peran perempuan tidak bisa disepelekan. Dalam masalah keilmuan,
Sayyidah ‘Aisyah, istri baginda Rasulullah, adalah yang terbanyak dalam
meriwayatkan hadits. Banyak persoalan-persoalan agama, khususnya tentang
perempuan, bersumber dari riwayat Sayyidah ‘Aisyah. Ada ribuan hadits yang
sanadnya sampai kepadanya. Ihwal keistimewaan ‘Aisyah bisa ditelaah dalam buku
Biografi 39 Tokoh Wanita Pengukir Sejarah Islam karya Dr. Bassam Muhammad
Hamami.
Dalam pertempuran-pertempuran yang
terjadi pada Rasulullah pun,nama-nama perempuan tidak sedikit. Baik yang sempat
disebut dalam aneka riwayat, maupun yang menjadi pahlawan tak dikenal.
Sebut saja tentang kisah seorang
shahabiyyah pemberani dalam pertempuran
Uhud. Nasibah binti Ka’ab. Ia terlibat bersama suami dan kedua anaknya dalam pertempuran
tersebut. Wanita mulia ini ikut membela Nabi sampai ia sendiri terluka. Tetapi
ia juga melukai dengan pedang atau tombaknya dua belas musuh. Al-Baihaqi
meriwayatkan bahwa Umar Radhiyallahu’anhu menyatakan, “Aku tidak menoleh ke
kiri atau ke kanan, ketika pertempuran Uhud, kecuali aku melihat Nasibah
bertempur,”
Pada era setelah sahabat Nabi, kita
mendengar bagaimana peran ibunda dari Imam Syafi’I dalam membentuk karakter
sang imam. Sebagaimana penuturan Imam Nawawi, “Ibunda Imam Syafi’I merupakan
seorang wanita yang tekun beribadah dan memiliki kecerdasan yang tinggi.”
Begitu juga ibunda dari Imam Ahmad
bin Hambal, yang telah mendidik beliau hingga berhasi menghafal sejuta hadits.
Pastinya ini tak lepas dari peran ibundanya yang mendidik seorang diri sebab
sang imam yang terlahir yatim.
Tak heran, gelar “tiang agama”pun
disematka kepada perempuan. “Al-Mar’atu ‘imadu al-bilad”. Perempuan merupakan
tiang negara. Bukan tanpa alasan jika ada tokoh-tokoh besar, pasti ada peran
perempuan dibelakangnya.
Kondisi Perempuan Pra-Islam
Sebelumnya, pada zaman jahiliyyah, perempuan
begitu dikengkang, seolah-olah tidak memiliki kebebasan sama sekali.
Jangankan kebebasan untuk hidup yang
layak, bisa hidup dengan tanpa penderitaan saja sudah sangat beruntung kala
itu. Pendidikan menjadi hal yang langka bagi mereka. Kelahiran bayi
perempuanpun dianggap aib ditengah-tengah masyarakat saat itu. Sampai-sampai, jika
bayi yang terlahir adalah perempuan, maka bayi tersebut langsung dikubur
hidup-hidup. Seperti diisyaratkan dalam QS. An-Nahl ayat 58 yang artinya:
“Padahal apabila seorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak
perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam), dan dia sangat marah.”
Dan diisyaratkan dalam QS. An-Nahl ayat
59 “Dia bersembunyi dari orang banyak, disebabkan kabar buruk yang
disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharakannya
dengan (menangguang) kehinaan ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ingatlah alangkah
buruknya (putusan) yang mereka tetapkan itu.”
Begitu islam datang perempuan diberikan
hak-haknya sepuasnya. Seperti hak menerima harta warisan, hak kepemilikan penuh
atas hartanya, hak bersaksi, hak memperoleh pendidikan dan lainnya.
Dengan dapat dikatakan bahwa islam
merupakan agama yang sangat menghargai perempuan dan laki-laki dihadapan Allah
secara mutlak. Islam menghapus tradisi jahiliyyah yang begitu diskriminatif
terhadap perempuan. Seperti disebutkan dalam Surah Al-Hujurat ayat 13 diatas,
perbedaan yang dijadikan antara laki-laki dan perempuan adalah agar saling melengkapi
satu dengan yang lain.
Peran Perempuan dalam Islam
Mungkin masih ada sebagian orang tua
yang merasa bahwa pendidikan kaum laki-laki lebih diutamakan. Bahkan ada
kalimat tentang perempuan, “Ngapain anak perempuan di sekolahkan tinggi-tinggi,
kalau ujung-ujungnya di dapur.”
Menurut hemat penulis, pandangan
semacam ini sungguh keliru karena 2 hal. Pertama, pandangan diatas sangat
bertentangan dengan ajaran agama. Karena Allah telah menjanjikan bagi siapapun
baik laki-laki maupun perempuan yang serius dalam menuntut ilmu akan mendapat
derajat dan kedudukan lebih tinggi dan mulia sebagaimana termaktub dalan
Al-Qur’an Surah Al-Mujadalah ayat 11.
Yang kedua, justru karena perempuan
adalah madrasah pertama dan yang utama bagi anak-anaknya, maka seorang
perempuan wajib memiliki pengetahuan dan pendidikan yang sangat tinggi.
Bagaimana bisa seorang ibu mengajari
anaknya tentang Fiqih kewanitaan, jika tidak punya pengetahuan tentang hal itu?
Bagaimana anak-anaknya bisa menjadi pribadi yang kuat jika sang ibu tidak
memiliki jiwa yang tangguh?
Suatu saat ada seseorang yang ingin
ikut berperang di jalan Allah. Saat memohon izin kepada Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam, justru Nabi malah melarangnya seraya berkata “celakalah
engkau apakah ibumu masih hidup?” Ia pun menjawab, “Iya, wahai Rasulullah.” Nabi
pun bersabda, “Pulanglah, berbuat baiklah dengannya. Pemuda ini meminta izin
sampai 3 kali. Dan tidak mendapat jawaban dari Rasulullah kecuali jawaban yang
sama. “Menetaplah dikakinya, maka surga ada disana.”
Hadits diatas menunjukkan peran
perempuan, terkhusus ibu sangat kursial. Perempuan merupakan ibu bangsa yang
harus melahirkan generasi bermutu. Apabila sebuah negara baik, maka ini peran
baik perempuan pada umumnya. Itulah sebabnya perempuan harus mendapat
pendidikan setinggi-tingginya. Sehingga, dari rahim perempuan lah, orang-orang
hebat dapat bermunculan.
Penutup
Walhasil,
melihat kisah-kisah orang shalih terdahulu, juga orang-orang sukses di berbagai
belahan dunia, perempuan yang mempunyai andil yang cukup besar. Tanpa mereka,
dunia ini tidak dapat berkembang dengan baik.
Memang
terdapat beberapa kekurangan yang dimiliki oleh perempuan. Agama pun
membenarkannya. Tetapi jika dibandingkan dengan kelebihannya, maka kekurangan
tersebut akan tertutupi.
Di
negara kita, negara Indonesia ini, kita memiliki tokoh perempuan tangguh
bernama R.A.Kartini. Tak hanya berjasa untuk dunia pendidikan, beliau juga
berjasa untuk islam. Seperti dikisahkan bahwa R.A.Kartini lah yang mengusulkan
kepada gurunya, KH. Sholeh Darat Semarang, untuk membuat karya tafsir Al-Qur’an
dalam bahasa Jawa.
Akhir
kata, semoga perempuan-perempuan kita, anak-anak kita, murid-murid kita,
keluarga kita semua, menjadi perempuan yang bertaqwa kepada Allah, menjadi
perempuan yang menghadirkan manfaat di tengah-tengah kita, menjadi perempuan
yang mampu menopang tiang agama dan negara.
Oleh : Ustadz Dzikri Fauqi Aqbas.